Ternyata Menyetir Punya Manfaat untuk Lansia, Ini Penjelasannya

THE RICH3 - Coba kita bayangkan sejenak sosok seorang lansia. Mungkin yang terlintas di benak kita adalah gambaran kakek atau nenek yang sedang bersantai di kursi goyang. Mereka menikmati masa tua dengan tenang. Banyak orang mungkin berpikir bahwa di usia senja, aktivitas fisik sebaiknya dikurangi. Para lansia didorong untuk lebih banyak beristirahat. Anggapan ini tidak sepenuhnya salah. Namun, juga tidak sepenuhnya benar.
Ada sebuah pemikiran yang sering kali terlewatkan. Aktivitas yang dianggap sepele ternyata menyimpan manfaat luar biasa. Salah satunya adalah aktivitas menyetir mobil. Ya, Anda tidak salah membacanya. Kegiatan yang sering kita anggap sebagai rutinitas belaka ini ternyata bisa menjadi kunci penting. Kunci untuk menjaga kualitas hidup para lanjut usia. Perspektif baru ini datang dari sumber yang sangat kredibel.
Seorang praktisi kebugaran dan binaragawan inspiratif, Ade Rai. Menurutnya, menyetir bukan lagi sekadar cara untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Bagi lansia, menyetir adalah bentuk latihan. Sebuah stimulasi yang menggerakkan tubuh dan pikiran secara bersamaan. Ini adalah cara elegan untuk melawan penuaan. Menjaga tubuh tetap sigap dan pikiran tetap tajam.
Dalam artikel ini, kita akan mengupas tuntas pandangan tersebut. Kita akan menyelami lebih dalam berbagai manfaat tak terduga dari aktivitas menyetir bagi para senior. Mulai dari penjelasan ilmiah hingga tips praktis. Mari kita bersama-sama melihat bagaimana putaran kemudi dapat menjadi putaran roda kehidupan yang lebih baik bagi mereka.
Menyetir Bukan Sekadar Aktivitas Memindahkan Badan
Bagi kebanyakan orang di usia produktif, menyetir adalah sebuah keharusan. Kita menyetir untuk bekerja. Kita menyetir untuk mengantar anak sekolah. Atau sekadar untuk berbelanja kebutuhan harian. Aktivitas ini sering kali terasa melelahkan. Bahkan, bisa menjadi sumber stres di tengah kemacetan kota. Namun, mari kita coba lihat dari sudut pandang yang berbeda. Khususnya dari kacamata seorang lansia. Bagi mereka yang sudah tidak lagi terikat dengan rutinitas kerja, menyetir menjelma menjadi sesuatu yang lain. Ia berubah dari kewajiban menjadi sebuah pilihan aktivitas.
Aktivitas inilah yang menjadi poin pentingnya. Ade Rai, dalam sebuah kesempatan pada Sabtu, 26 Juli 2025, menekankan hal ini. Gerakan adalah sumber utama stimulasi bagi tubuh kita. Tubuh manusia dirancang untuk bergerak. Ketika kita berhenti bergerak secara aktif, fungsi tubuh pun perlahan akan menurun. "Stimulasi itu datangnya dari gerakan," ujar Ade. Ia menganalogikan bahwa kita harus terus aktif. Baik melalui latihan formal di gym maupun aktivitas harian. Termasuk di dalamnya adalah menyetir. Ketika kita membiasakan tubuh untuk tetap aktif, tubuh akan selalu berada dalam kondisi siaga. Otot tidak menjadi kaku. Sendi tidak kehilangan kelenturannya. Dan yang terpenting, koneksi antara otak dan otot tetap terjaga dengan baik.
Baca Juga: Cara Amankan Kepala Aki dari Oksidasi Atau Korosi
Oleh karena itu, memandang menyetir sebagai "latihan" adalah langkah awal yang sangat positif. Ini mengubah persepsi dari beban menjadi sebuah kesempatan. Kesempatan untuk menggerakkan tubuh. Kesempatan untuk keluar rumah. Kesempatan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ini adalah fondasi utama untuk memahami mengapa aktivitas sederhana ini bisa sangat berharga.
Stimulasi Ganda: Olahraga untuk Otak dan Otot
Manfaat menyetir bagi lansia tidak bersifat tunggal. Ia memberikan stimulasi ganda yang sangat penting. Yakni stimulasi untuk fisik dan juga untuk mental. Keduanya bekerja secara sinergis. Menciptakan dampak positif yang menyeluruh bagi kesehatan di usia senja. Mari kita bedah satu per satu.
1. Stimulasi Fisik yang Sering Terabaikan
Saat kita mendengar kata "latihan fisik", mungkin yang terbayang adalah angkat beban atau lari. Namun, tubuh kita sebenarnya mendapatkan latihan dari berbagai gerakan lain. Menyetir adalah salah satu contoh terbaiknya.
-
Kekuatan Otot Inti (Core Muscle): Ini adalah poin utama yang disorot oleh Ade Rai. Saat menyetir, kita tidak bisa duduk dalam posisi yang terlalu santai atau malas. Secara tidak sadar, tubuh akan berusaha menjaga postur. Otot-otot di area perut, pinggang, dan punggung bawah (otot inti) akan aktif bekerja. Mereka berfungsi sebagai penopang tulang belakang. "Sama seperti naik kuda, tubuh otomatis menyesuaikan," jelas Ade. Otot inti yang kuat sangat penting bagi lansia. Ia membantu menjaga keseimbangan. Mencegah sakit pinggang. Serta memperbaiki postur tubuh secara keseluruhan.
-
Koordinasi Motorik Halus: Menyetir adalah orkestra gerakan yang kompleks. Tangan harus lihai memutar kemudi. Jari-jemari cekatan mengoperasikan tuas lampu sein atau wiper. Kaki harus memiliki sensitivitas yang pas untuk menginjak pedal gas dan rem. Semua gerakan ini melatih koordinasi motorik halus. Menjaga agar hubungan antara perintah otak dan eksekusi oleh anggota tubuh tetap presisi.
-
Kekuatan Kaki: Meski terlihat hanya duduk, kaki sebenarnya terus bekerja. Menginjak dan melepas pedal gas, rem, atau kopling (pada mobil manual) adalah bentuk latihan ringan. Latihan ini menjaga kekuatan otot-otot di pergelangan kaki dan betis. Menjaga agar kaki tetap responsif.
2. Stimulasi Mental yang Menjaga Otak Tetap Tajam
Selain fisik, otak juga bekerja keras saat kita berada di balik kemudi. Ini adalah bentuk latihan kognitif yang sangat efektif.
-
Konsentrasi dan Kewaspadaan: Menyetir menuntut fokus yang tinggi. Pengemudi harus waspada terhadap kondisi jalan. Memperhatikan kendaraan lain, pejalan kaki, dan rambu lalu lintas. Tingkat konsentrasi yang terus-menerus ini menjaga otak tetap aktif. Mencegah pikiran menjadi lamban atau mudah terdistraksi.
-
Pengambilan Keputusan Cepat: Situasi di jalan raya sangat dinamis. Kapan harus menambah kecepatan? Kapan harus mengerem mendadak? Kapan harus pindah jalur? Semua ini adalah keputusan yang harus diambil dalam hitungan detik. Proses ini melatih fungsi eksekutif otak. Kemampuan untuk menganalisis situasi dan membuat keputusan yang tepat dengan cepat.
-
Memori dan Navigasi Spasial: Mengingat rute perjalanan adalah latihan memori yang hebat. Bahkan saat menggunakan GPS, otak tetap bekerja. Ia harus menerjemahkan instruksi dari peta digital ke dunia nyata. Kemampuan ini disebut navigasi spasial. Menjaga area otak yang bertanggung jawab atas orientasi dan pemetaan tetap aktif.
Perspektif Ade Rai: Postur adalah Kunci Kesadaran Tubuh
Ade Rai tidak hanya berhenti pada pembahasan otot inti. Ia melangkah lebih jauh dengan menyoroti pentingnya postur. Menurutnya, cara kita duduk sangat memengaruhi sinyal yang diterima tubuh. Ada perbedaan besar antara duduk dengan punggung membungkuk (round back) dan duduk tegap (arch back).
"Kalau kita duduk dengan postur yang baik, kesadaran tubuh (body awareness) kita meningkat," katanya. Saat menyetir, kita secara alami didorong untuk duduk dalam posisi yang lebih tegap dan waspada. Posisi ini membuat tulang belakang berada dalam kurva yang sehat. Hal ini tidak hanya baik untuk kesehatan tulang itu sendiri. Posisi tegap juga mengirimkan sinyal "siaga" ke seluruh sistem saraf. Tubuh menjadi lebih reseptif terhadap rangsangan dari lingkungan sekitar.
Kesadaran tubuh ini sangat krusial, terutama bagi lansia. Semakin baik kesadaran tubuh seseorang, semakin kecil risikonya untuk jatuh atau cedera. Mereka lebih mampu merasakan posisi tubuhnya di dalam ruang. Sehingga, mereka dapat bergerak dengan lebih aman dan percaya diri. Kebiasaan menjaga postur baik saat menyetir ini bisa terbawa ke dalam aktivitas sehari-hari lainnya.
Menjaga Kemandirian dan Kesehatan Mental Lansia
Manfaat terbesar dari menyetir bagi lansia mungkin bukan terletak pada aspek fisiknya. Melainkan pada dampak psikologis dan sosialnya. Kunci mobil di tangan seorang lansia sering kali setara dengan kunci kemandirian.
-
Mengurangi Rasa Terisolasi: Salah satu masalah terbesar yang dihadapi lansia adalah kesepian dan isolasi sosial. Keterbatasan mobilitas membuat mereka sulit untuk keluar rumah. Mereka menjadi jarang bertemu teman, mengunjungi kerabat, atau sekadar pergi ke tempat ibadah. Kemampuan untuk menyetir sendiri memutus rantai isolasi ini. Mereka bebas pergi kapan pun mereka mau. Mereka bisa tetap aktif di komunitasnya.
-
Meningkatkan Rasa Percaya Diri: Ketika seseorang masih mampu melakukan hal-hal yang biasa ia lakukan, rasa percaya dirinya akan terjaga. Menyetir adalah simbol kompetensi dan kontrol atas hidup sendiri. Perasaan "masih bisa" ini sangat kuat. Ia dapat melawan perasaan tidak berdaya yang sering kali menyertai proses penuaan.
-
Mencegah Depresi: Studi ilmiah telah berulang kali menunjukkan hubungan antara isolasi sosial, hilangnya kemandirian, dan risiko depresi pada lansia. Dengan memberikan kebebasan untuk tetap terhubung dengan dunia luar, menyetir secara tidak langsung menjadi tameng yang melindungi kesehatan mental mereka.
Seorang lansia yang masih bisa menyetir untuk membeli koran paginya sendiri, bertemu dengan teman-teman di kedai kopi, atau mengunjungi cucunya akan memiliki kualitas hidup yang jauh lebih tinggi. Mereka merasa tetap menjadi bagian dari masyarakat. Bukan seseorang yang hanya duduk menunggu di rumah.
Tantangan dan Solusi Cerdas: Menyetir Aman di Usia Senja
Tentu saja, kita harus bersikap realistis. Menyetir di usia lanjut memiliki tantangannya tersendiri. Seperti yang diperingatkan oleh Ade Rai, ada potensi risiko yang harus diwaspadai. Penurunan fungsi fisik dan kognitif adalah bagian alami dari penuaan. Namun, bukan berarti lansia harus langsung dilarang menyetir. Kuncinya adalah kesadaran akan tantangan dan mencari solusi yang cerdas.
Berikut adalah beberapa tantangan umum dan solusinya dalam format tabel:
| Tantangan Potensial | Solusi Cerdas yang Bisa Diterapkan |
| Penurunan Penglihatan | Lakukan pemeriksaan mata secara rutin (setidaknya setahun sekali). Gunakan kacamata atau lensa kontak yang sesuai. Jaga kebersihan kaca depan, spion, dan lampu mobil. Hindari menyetir di malam hari atau saat cuaca buruk. |
| Penurunan Pendengaran | Lakukan tes pendengaran dan gunakan alat bantu dengar jika diperlukan. Kurangi volume radio atau musik di dalam mobil. Lebih sering mengandalkan pengecekan visual melalui spion. |
| Waktu Reaksi Melambat | Jaga jarak aman yang lebih jauh dari kendaraan di depan. Hindari menyetir di jam-jam sibuk atau di jalan tol yang padat. Pilih rute yang sudah familiar untuk mengurangi elemen kejutan. |
| Kekakuan Otot dan Sendi | Lakukan peregangan ringan sebelum mulai menyetir. Atur posisi kursi, kemudi, dan spion senyaman mungkin. Jika perjalanan jauh, rencanakan untuk berhenti setiap 1-2 jam untuk beristirahat dan meregangkan badan. |
| Efek Samping Obat | Selalu konsultasikan dengan dokter mengenai efek samping obat yang dikonsumsi. Tanyakan apakah obat tersebut dapat menyebabkan kantuk atau pusing. Hindari menyetir jika merasakan efek samping tersebut. |
| Penurunan Fungsi Kognitif | Latih otak dengan teka-teki silang, sudoku, atau permainan asah otak lainnya. Rencanakan rute sebelum berangkat. Jika mulai sering tersesat di rute familiar, ini bisa menjadi tanda untuk evaluasi lebih lanjut. |
Dengan pendekatan proaktif ini, banyak lansia dapat terus menyetir dengan aman untuk waktu yang lebih lama.
Sebuah Pertanyaan Sensitif: Kapan Sebaiknya Berhenti?
Ini adalah topik yang sulit dibicarakan. Namun, sangat penting demi keselamatan pengemudi itu sendiri dan orang lain. Keputusan untuk berhenti menyetir sebaiknya tidak datang tiba-tiba. Ia harus merupakan hasil dari pengamatan jujur dan diskusi terbuka antara lansia, keluarga, dan dokter.
Beberapa tanda bahwa mungkin sudah waktunya untuk mengurangi atau berhenti menyetir antara lain:
-
Hampir mengalami kecelakaan atau tabrakan kecil secara berulang.
-
Sering tersesat, bahkan di rute yang sudah sangat dikenal.
-
Kesulitan mengikuti rambu lalu lintas atau sinyal dari kendaraan lain.
-
Mendapat keluhan dari pengemudi lain secara terus-menerus.
-
Sulit untuk berpindah antara pedal gas dan rem.
-
Merasa stres, cemas, atau sangat lelah setiap kali selesai menyetir.
-
Adanya rekomendasi dari dokter berdasarkan kondisi kesehatan.
Penting untuk membingkai percakapan ini bukan sebagai sebuah "kegagalan". Melainkan sebagai sebuah transisi menuju fase kehidupan yang baru. Keluarga dapat membantu dengan menawarkan alternatif transportasi. Seperti memesankan ojek atau taksi online, mengantar secara bergiliran, atau memanfaatkan transportasi umum yang ramah lansia.
Kesimpulan: Kunci Tetap di Tangan, Kualitas Hidup Terjaga
Menyetir di usia senja, seperti yang diungkapkan oleh Ade Rai, adalah sebuah aktivitas yang jauh lebih kaya makna. Ia bukan lagi sekadar urusan mobilitas. Ia adalah bentuk latihan fisik yang tak terduga, melatih otot inti dan menjaga postur. Ia adalah stimulasi mental yang hebat, menjaga otak tetap tajam dan waspada. Lebih dari itu, ia adalah simbol kemandirian yang kuat, benteng pertahanan melawan isolasi sosial dan depresi.
Tentu, menyetir di usia lanjut menuntut kesadaran dan tanggung jawab yang lebih besar. Pemeriksaan kesehatan rutin, kejujuran terhadap kondisi diri, dan penerapan strategi berkendara yang aman adalah sebuah keharusan. Namun, dengan persiapan yang matang, manfaat yang didapat jauh melampaui risikonya. Aktivitas memutar kemudi dapat menjaga roda kehidupan para lansia terus berputar dengan gairah, kesehatan, dan kebahagiaan. Jadi, jika Anda melihat seorang kakek atau nenek yang masih dengan percaya diri berada di balik kemudi, berikanlah mereka senyuman. Mereka tidak hanya sedang menuju suatu tempat. Mereka sedang menempuh perjalanan menuju kualitas hidup yang lebih baik. (Therich3/Admin)
Belum ada Komentar untuk "Ternyata Menyetir Punya Manfaat untuk Lansia, Ini Penjelasannya"
Posting Komentar